Cerita ini berawal ketika aku menginjak semester tiga jurusan mesin di universitas terkenal di jogja. saat itu kami mendapat dosen baru yang baru diterima untuk mengajar mata kuliah matematika (pelajaran yang paling kubenci) tepat hari senin sekitar pukul 13.00 siang, pelajaran pun dimulai seperti biasa, perkenalan diri usai lanjut dengan session pelajaran. karena semalaman bermain game di gamenet, akupun tertidur diruangan.
”yang dipojok kok tidur..??” tanya dosen ku
semua teman kelas melihat ke arahku. Aku masih tampak tenang, maklum saat itu aku tertidur. lama tak ada jawaban, bu dosen pun menghampiriku dan menepuk pundakku, seraya berkata.
”Niat kuliah gk..??” tanyanya dengan nada rendah.
Aku pun kaget sambil melihatnya dengan mata sayup. Sekejab aku hanya terdiam sambil mendengar sorakan ”hhhuuuu…!!!” dari teman-temanku. Tanpa panjang lebar, bu dosen menyuruhku maju ke depan untuk menyanyikan lagu ”dara juang” sebagai hukumannya.
”Ayo maju” pintanya..
Aku segera beranjak dari kursi menuju depan sambil tertunduk malu. Karena lagu yang dipintanya tidak fase kuhafal, bu dosen menyuruh ku push up saja dengan alasan biar tidk ngantu. Tanpa pikir panjang, segera kulakukan. 20 kali serasa berat untuk tubuh yang kurang fit.
Usai pelajaran, aku dan teman-teman bermain bola basket disekitar halaman kampus. Jam 5 kurang, aku berhenti dan segera menuju parkiran untuk pulang. Dibenakku hanya terlintas game PB dan kuliah. Sesampainya di parkiran, kulihat bu dosen yang tadi menghukumku sedang kebingungan meliaht ban motornya kempes. Kesempatan pun diusap dengan kenekatan, segera kuhampirinya.
”Kenapa bu” tanya ku
”Ban motornya kempes” jawabnya sambil melihat jam tangan.
”Kalau keburu-buru,ibu pake saja motor ku, biar nanti q tambal motornya” pinta ku dengan sangat sopan.
”Trus kamunya gimana..??” tanyanya
”Gampang saja bu, bisa numpang teman atau nanti biar saya membawa motor ibu. Besok baru di balikin” jawabku
Berbincang-bincang sebentar, ia pun menyetujuiny.
”Jadi lupa nh, Nama ibu siapa ya..??” tan
aku penuh alasan
”Ow.. Belum tau toh..?? panggil aja Nita”
Tanpa basa basi, bu Nita mengeluarkan selembar kartu nama.
”Kalau ada apa2, telpon saja ya..” ungkapnya.
Ia pun pergi menggunakan motor ku. Setelah ku tambal ban motor bu Nita, aku segera pulang. Sesampainya di kost, aku iseng misscall no bu nita untuk memasikan kebenaran nomer bu Nita. 5 menit berlalu bu Nita merespon dengan sms.
”Ini siapa ya..?”
Dengan cepat Aku membalasnya.
”Ini nomer Brian bu, yang punya motor yang ibu pakai” jawabku singkat..
Bu Nita membalasnya selang 3 menit.
“Ow ya.. Motor mau di pakai Brian..?” Tanya bu Nita
Dalam benakku, ini waktu yang tepat untuk bertemu bu Nita diluar jam kuliah.
”Iya bu.. Mau ke rumah bibi jam 7-an gitu, bagaiman kalau aku ambil aja si tempat ibu” pinta ku..
”Gak usah, biar ibu aja yang anter motornya” jawabnya
Aku segera memberikan alamat kost ku dan tidak lebih dari 20 menitan, bunita sampai di depan kost ku. Hatiku berdebar kencang menemuinya di di depan kost. Namun dalam hatiku berbinar-binar melihatnya tersenyum manis dengan wajah yang sangat cantik, berbeda saat di kampus. Bu Nita kali ini mengenakan jeans panjang ketat dengan pakaian kemeja tanpa lengan berberbalut switter hitam. Aku segera menghamprinya dengan wajah santai..
“Sudah lama disini bu..?” Tanya ku..
“Belum kok Yan” jawabnya singkat dengan melontarkan senyuman manis..
“Sekarang bu Nita mau kemana..?” Tanya ku lagi memecakan suasana.
“Mau cari makan dulu. Ow Iya, Brian jangan pangil Bu gitu dong.. Panggil aja Mbak atau Nita aja”
Aku pun hanya tersenyum tipis untuk memberikan respon yang baik. Setelah beberapa menit berbincang-bincang akhirnya aku berinisiatif menemaninya untuk makan. Dengan motor ku, aku dan Nita pergi ke salah satu warung makan di kawasan Malioboro. Saat dalam perjalanan, terasa jelas tangan Nita memelukku dari belakang yang membuatku terangsang dan sempat penisku berdiri. Bantinku merasa kegirangan dengan aksi nekat Nita.
“Dingin ya..?” Tanyaku sambil menoleh kebelakang
“Ya lumayan..” jawab dengan suara yang sedikit gementaran.
Sesudah menghabiskan menu makanan yang disajikan, aku mengajak Nita untuk nongkrong sejenak di alun-alun selatan yogya. Disitulah aku mulai mengeluarkan jurus andalan dan rayuan gombal gembel dan setiap perkataan ku selalu mendapat senyuman dari bu nita.
“Kamu asik juga ya di ajak ngobrol” puji Nita kepada ku
“Baru tau ya..?” dengan nada nakal di imbangi dengan senyuman.
Aku mulai menatap mata bu nita yang begitu sayup akibat ngantuk, ku pandanginya terus tanpa sepata kata pun yang keluar dari mulut kita berdua. Bu Nita tampak menyadari tatapanku yang semakin tajam, dia mulai menoleh ke arahku dan balik menatapku. Hampir satu menit kita saling pandang, aku tersadar dan malu.
“Kenapa Yan..?” sambil tersenyum sedikit meledek aksi tatapan maut ku
“Ehh.. gak apa-apa kok Mbk” sambil tersipu malu.
“Coba balik sini..” pintanya
Aku pun menuruti permintaanya..
“Hahahahaha.. Kamu gak sadar ya kalau di bibir mu masih ada sambalnya” Kontan bu nita pada ku..
“Yang benar aja” jawabku sambil mengusap bagian mulutku.
Aku pun gak mau kalah dengan kepolosan bu nita.
“Tuh.. Mulut mbak juga masih ada lalapannya” kataku seraya tersenyum..
“Masa sih..? mana..” jawabnya
Saat itu ku berniat membersihkan bekas lalapan yang masih tertingal di bagian mulut bu Nita. Sebenarnya tidak ada lalapan yang seperti ku katakana padanya. Itu hanya akal bulusku untuk menyentuh bibirnya. Kuarahkan jempolku kebibirnya, mata mbak Nita dipejamkan. Melihat mbak Nita memejamkan matanya, aku mulai menyodorkan bibirku dan tepat mengulum bibirnya yang tipis. Sontak mbak Nita membuka matanya dan menatapku. Bibirku masih menempel dibibirnya seraya melanjutkan kulumanku berulang-ulang. Mbak Nita hanya bias pasrah dan aku kun semakin menggila.
Setelah puas menciuminya, tanganku mulai ku arahkan di payudaranya yang masihranum dan tertutup busana. Kurabah tonjolan itu dengan lembut dan mbak Nita hanya bisa pasrah. Gelora nafsuku semakin membara, kuputuskan mengajaknya ke sebuah hotel dekat tempat sekita. Tampak mbak Nita tau apa keinginanku dan menurutiku begitu saja. Aku memilih kamar di lantai tiga, walaupun bukan sekelas VIP namun nyaman untuk beristirahat sejenak. Saat membuka pintu kamar, kemaluanku sudah menegang dan langsung saja kutarik tangan mbak nita dan segera menciumi sekitar lehernya seraya tangan kiriku menutup pintu kamar.
Desahan demi desahan begitu jelas terdengar keeluar dari mulutnya. Semakin dia mendesa, semakin buas kusuri lekuk tubuhnya dan menciuminya. Kurebahkan badannya dikasur dan mulai ku buka kancing bajunya hingga terlihat Bra dan dadanya. Sengaja kulepaskan Branya tanpa membuka bajunya, kutindih dari atas dan kini tangan ku mulai kumainkan di dadanya. Mulai ku elus-elus dengan kasih sayang penuh nafsu.
Setelah puas memainkan tonjolan itu, kini ku telusuri bagian selangkangannya. Kurabah-rabah bagian sensitifnya dan Ahhh… desahan mbak Nita semakin menjadi2. Kuturunkan celana panjangnya dan nampak wajah mbak Nita kemerahan.
“Jangan Brian, Mbak gak mau..” Ucapnya.
Saat itu aku berhenti melorotkan celananya sambil ku menatapnya.
“Memang kenapa mbak..?” Tanyaku.
“Mbak takut nanti ada yang tau kalau mbak sama Brian” keluhnya.
“Tenang aja mbak, gak ada yang tau kita berduaan” jawabku
Tanganku mulai melanjutkan aksi mencopot celananya. Aksi ku mendapat hambatan tangan mbak nita yang berusaha menahan tanganku untuk tidak menelanjanginya, namun itu sia-sia. Berhasil ku turunkan celananya dan kini ku buka celanaku dan tampak rudalku yang besar terlihat jelas. Mbak nita terkaget menatap rudalku yang begitu tampak mengerikan besarnya. Ku basahi peniku dengan ludah dan kini mulai ku tusuk bagian kewanitaannya.
AHHHHH..”Sakit Brian” desahnya.
Berulang kali aku ingin menembus kemaluannya namun sangat terasa susah. Ku lumasi lagi penisku dengan ludah, kali ini ludahku sengaja ku perbanyak dan mulai kusuap ke mulut vagina mbak Nita.
AHHHHH.. “Cukup Brian, Sakit..!!” keluhnya
Ku tak pedulikan perkataannya, ku tekan perlahan lahan dan plooozzz, pnisku berhasil masuk keliang kewanitaannya. AHHHH..!!! desahan mbak Nita semakin keras. Kurasakan denyut rongga-rongga vagina mbak Nita, Ohhh, ternyata vagina mbak Nita mengeluarkan darah dan tampak mbak Nita begitu kesakitan. Aku pun mulai mengerakkan penisku maju dan mundur dengan perlahan-lahan. Desahan,erangan,keluhan mulai terdengar dari mulutDosenku yang super hot itu. Aku pun mulai mempercepat permainanku dan kini secara bersamaan ku peluk dia dan kulumat bibirnya.
Hanyak 5 menitan ku nikmati isi vagina dosenku itu, kini ku rasa diriku mulai ingin mencapai klimaks. Ku perbuas ciuman ku yang mengarah ke bibirnya dan sesekali kuarahkan lidahku ke leher mulusnya. Mbak Nita masih terus menahan sakit dan nikmat yang menyatu di persenggaan pertamanya dengan ku. Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyadan AHHHHH…!! Akupun mencapai klimaks, semprotan lahar ku begitu kental dan begitu banyak didalam vagina mbak Nita. Ia hanya bisa menatapku dengan kaget, merasakan setiap semburan lahar panasku yang kini ulai menembus dan mulai dirasakannya masuk diperutnya.
Aku masih diatasnya dan memeluknya tanpa peduli kekawatirannya bila nantinya dia hamil. Aku menciuminya dan mulai kubelai dank u berkata:
“Mbak Nita masih perawan ya..?” tanyaku
Mbak Nita hanya terdiam dan melihatku. Sekitar 2 menit kita saling menatap lalu mbak Nita berkata:
“Setelah ini berlalu, gimana kalau terjadi apa2 denganku..?” ucapnya dengan nada menyesal
“Aku akan bertanggung jawab kok mbak, percaya padaku, asal hanya aku yang melakukan ini ke mbak” jawabku sembari menciumi keningnya yang basah oleh keringat.
Kita pun saling berpelukan dan mulai bercanda, mencolek satu sama lain.
Post a Comment