.....
ni adalah kisah nyataku sebagai Sensual Massage Therapist yang telah aku lakoni beberapa tahun terakhir ini. Beberapa kisahku pernah aku bagikan kepada teman-teman di forum DS. Bagi yang belum membaca kisah-kisahku sebelumnya, aku perkenalkan diri.
Aku biasa dipanggil Deva atau Arya. Bekerja sebagai karyawan kantor sebagaimana orang pada umumnya. Dengan wajah manis, tubuh atletis dan ukuran MrP yang diatas rata-rata, ditambah keahlianku dalam hal memijat, menjadikanku Therapist Pijat yang banyak dicari pasutri. Terutama di daerah Surabaya-Malang dan sekitarnya.
Dan inilah salah satu kisahku….
********************
Sebagaiamana rutinitas sebelum-sebelumnya, hari itu di sela-sela kerja kantor, aku sempatkan membuka situs underground.
Aku lihat, ada beberapa PM yang harus di cek. Oh ternyata ada member yang minta alamat YMku. Segera saja aku membalasnya.
Tak berapa lama, YMku berbunyi. Ada orang yang nge-add. Setelah aku cek, ini dari member yang tadi sempat PM aku.
Inilah kira-kira obrolanku dengannya
“Halo bro” aku awali obrolan
“Iya bro. Thanks dah confirm”
“Sama-sama”
“Gini bro, aku ada pasutri Surabaya. Dia pernah ngajak aku 3some, tapi sayang, aku ga bisa nyesuaikan dengan jadwal mereka soalnya mereka mintanya tengah malam. Lha aku kalo malem ga bisa. Makanya aku tawarin ke ente aja, kalo aku liat di TS, ente kayaknya udah professional gitu bro”,
“Wah ente baik banget bro, dateng-dateng langsung nawarin aku. Kenapa ga ente coba dulu aja? Kan mereka awalnya tertarik sama ente. Ya itukan rejeki ente, bro”
“Iya bro. Sayangnya itu, jadwalnya selalu ga bisa cocok. Coba aja deh bro add YM mereka. Ini YMnyaRobertxxxxx@yahoo.com YM disamarkan). “
“Ok bro. Ntar aku addnya. Makasih banyak ya bro ente udah baik banget kasih umpan ke aku”
“Sama-sama bro”.
Akupun langsung add alamat YM yang sudah diberikan. Dan kebetulan sekali, di hari yang sama, aku mendapat PM di forum dari seorang member yang isinya sangat singkat,
“Bro, add YM ku : Robertxxxxx@yahoo.com”
Alamatnya sama persis dengan umpan lambung yang barusan dikasihkan ke aku. Ada perasaan ragu, wah jangan-jangan ini orang mau ngerjain aku.
Tapi aku ingin mencoba menjajaki dulu seperti apa orang ini.
Esoknya, begitu aku buka YM, aku lihat dia lagi ol, akupun menyapanya.
“Halo bro”, sapaku
“Halo juga bro. Gini bro, aku pengen pake jasa kamu buat mijit wife. Bro bener-bener bisa mijit kan?”
“Iya bro, aku memang spesialis pijat kok”.
“Oke bro. Aku minta tolong bro mijat wife. Terserah nanti wife mau 3some atau tidak itu terserah dia. Tapi terus terang kita belum pernah 3some. Dulu pernah sih sekedar soft 3some, wifeku digrepe-grepe gitu sama cowok lain. Aku sih waktu itu menikmatinya. Nah sekarang pengennya aku bisa 3some, tapi itu juga tergantung kamu nanti bisa bikin wife terangsang atau nggak”
Robert menjelaskan panjang lebar. Aku bisa paham. Memang rata-rata seperti inilah permintaan suami yang belum pernah 3some dan ingin banget merasakan sensasinya. Dan tujuanku adalah merealisasikan fantasi mereka tanpa harus memaksa sang istri kalo dia memang merasa belum siap.
“Sama satu lagi bro. Dia suka banget kalo dipuji. Jadi nanti jangan sungkan-sungkan kalo muji dia. Tak jamin kamu ga bakal kecewa kok. Tubuhnya bener-bener ok. Mulus. Wajahnya juga cantik”, Robert menambahkan
“Oke bro. Aku paham”.
“Aku minta besok malam bro bisa ga ke Surabaya?”
Wah mendadak sekali, pikirku. Lagian ini hari kerja. Aku biasanya ke Surabaya hari libur
“Sory bro, aku sepertinya tidak bisa. Gimana kalo besok Sabtu aja?”
“Wah kalo Sabtu Minggu aku yang ga bisa bro. Itu acara untuk keluarga sama anak-anak”, paparnya.
Oh ini ternyata penyebab rekanku tadi melimpahkan pasutri ini ke aku. Mereka bisanya saat hari kerja dan tengah malam.
“Gini aja bro, aku kasih bayaran dua kali lipat dari bayaran yang biasa kamu terima. Bro bisa pijat jam 11 malem, habis itu jam 3 pagi pulang lagi ke Kediri. Gimana?”, Robert memberikan tawaran.
Hmm…menarik sih. Kayaknya Robert ini dari golongan the haves. Tapi tarif bukan satu-satunya pertimbanganku dalam melakukan pijit. Aku juga harus dalam kondisi segar dan tidak capek supaya tidak mengecewakan klien.
Setelah melalui pertimbangan banyak hal dan yakin bahwa Robert ini benar-benar pasutri asli, akhirnya aku bersedia untuk datang ke Surabaya. Dia memberikan syarat agar aku tidak kasar.
“Tolong nanti bro jangan kasar ya. Soalnya aku mau dia bisa sampe 3some. Kalo udah ilfeel, pasti dia bakal ga mau”.
“Tenang aja bro. Aku tipe orang yang lembut kok. Dan apapun yang aku lakukan, tentu dengan seijin bro dan wife. Kalo wife merasa ga nyaman, tentu aku ga akan maksain. Pijat ini tujuannya membuat rilex wanita bro, bukan malah bikin dia trauma”, aku meyakinkan Robert bahwa apa yang aku lakukan tidak akan menyakiti istrinya.
“Oke bro. Nanti aku sama wife mau mabuk dulu bro. Soalnya kalo dia ga mabuk, dia bakal malu.”
“Wah kalo saranku mending tidak usah mabuk bro, biar dia bisa menikmatinya lebih maksimal dan penuh kesadaran”, aku agak keberatan sebenarnya dengan cara yang akan dia lakukan.
“Gapapa bro. Kita dah biasa mabuk kok. Dia sebenernya udah mau kok dipijit, tapi malu aja kalo ga mabuk. Aku juga kalo ga mabuk ga bakal bisa horny.”
“Hmm….oke lah bro. Tapi aku ga harus ikut minum kan?”, aku bertanya memastikan bahwa aku tidak diajak minum karena aku memang bukan peminum.
“Ooo..ga kok bro. Aku ga akan maksa kamu minum. Tapi bro mungkin perlu Viagra, nanti aku sediain”
“Waduh aku ga pernah pake gitu-gituan bro. Takut ga aman”, wah aneh-aneh juga Robert ini pikirku.
“Aman kok bro. Aku sering pake kok. Justru aku ga pengen kamu ntar loyo malah ngecewain istriku jadinya”
Wah repot juga nih orang. Kayaknya benar-benar berambisi untuk memuaskan istrinya melalui 3some, dan aku tidak ingin mengecewakan dia.
“Oke deh bro, ntar dilihat aja.”
Hari yang ditentukan pun tiba. Aku berangkat ke Surabaya sepulang dari kerja. Sebenarnya ingin sekali membatalkan janji ini karena badanku capek banget berhubung kerjaan kantor yang menumpuk. Tapi aku sudah terlanjur berjanji, dan tidak ingin mengecewakan klien.
Sesampai di Terminal Bungur, aku naik taxi ke hotel tempat mereka menginap. Robert sudah memberi tahu untuk datang ke Hotel “S”. Salah satu hotel bintang lima di Surabaya .
Sesampainya di sana, aku segera menuju kamar seperti yang Robert sampaikan sebelumnya.
“TING TONG”, aku pencet bel pintu.
Begitu pintu terbuka, aku melihat sosok Chinese dengan perawakan tinggi besar. Tinggiku hanya sepundaknya. Dia mengenakan celana pendek dan piyama terbuka tanpa mengenakan atasan.
Wah tinggi juga nih orang ya. Hehe aku sedikit merasa minder.
“Silakan masuk bro”, aku mencium bau alcohol dari mulutnya. Rupanya dia sudah bersiap dari tadi.
Begitu masuk ke dalam, aku melihat sebotol Johny Walker Dobel Black Label di meja. Hmmm….tidak main-main rupanya bro Robert ini. Dia menyiapkan minuman yang berkelas. Tidak itu saja, ada juga bir Bintang kaleng. Katanya itu untuk istrinya biar ga terlalu mabuk.
Tapi ada hal yang menarik pandanganku selain botol minuman keras itu. Ada sesosok makhluk cantik yang sedang tiduran di atas kasur. Benar-benar cantik, berkulit putih, bermata sipit. Bibirnya tidak tebal, tapi sensual dengan warna merah muda alami. Aku benar-benar terpana. Wajahnya mirip sekali dengan bintang film korea yang sekarang sering muncul di TV. Kira-kira seperti inilah wajahnya…

Inikah wanita yang akan aku pijat? Hmm..mimpi apa aku semalam mendapatkan bidadari secantik ini? Dari dulu aku memang ingin sekali merasakan bercinta dengan wanita Chinese mengingat teman-teman kerjaku rata-rata orang Chinese dan cantik-cantik, tapi aku tidak mungkin membuat affair dengan sesama rekan kerja.
Dan sekarang aku akan memijat seorang wanita Chinese. Cantik pula. Apakah impianku ini akan terwujud?
Sodoran tangan wanita itu menyadarkan lamunanku
“Hai..”,sapanya
“Oh hai..”, aku tergeragap sambil menyodorkan tanganku
“Panggil aku ‘Say’ aja ya”, dia menjabat tanganku sambil tersenyum . Suaranya sangat halus. Sehalus tangannya.
Senyumannya pun sangat manis.
“Iya say”, aku membalas senyumannya.
Dalam hati, aku memberinya nama Cindy. Bagiku nama itu mencerminkan sosok wanita yang cantik seperti istri Robert ini.
Tiba-tiba Robert mengagetkanku dengan suaranya yang lantang, “Oke bro, silakan bro mandi dulu, bersih-bersih badan. Habis itu bisa langsung mijit kita”.
“Oke bro. Aku mandi dulu aja. Badan udah lengket dan bau bis”
Robert mendekatiku dan berkata lirih, “Oh ya bro, nanti habis mandi ga usah pake baju ya. Langsung pake celana pendek aja waktu mijit istriku. Ga usah pake CD juga”,
Aku mengangguk mengiyakan sambil tersenyum mendengar perkataannya.
Segera aku bergegas ke kamar mandi. Membersihkan sekujur badan dengan sabun dan mengguyurnya dengan air hangat.
Hmm….segaarr…
Aku tidak mau berlama-lama di dalam kamar mandi. Kasihan mereka yang sudah menunggu dari tadi.
Sesuai dengan saran Robert, aku hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Wah repot nih. Kalo punyaku tegang, bisa keliatan horninya donk. Membayangkan wajah dan body Cindy saja si “otong” udah tegang gini, apalagi waktu mijitnya.
Ah… tidak. Aku tidak mau terlihat terlalu bernafsu. Robert sudah membayar jasaku. Aku tidak boleh mengecewakan mereka hanya demi kesenanganku. Aku harus professional.
Maka sebelum keluar kamar mandi, aku menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
Aku lihat, Robert duduk di kursi dekat tembok sementara istrinya berbaring di tempat tidur menutupi tubuhnya dengan selimut.
Robert menghampiriku sambil menunjukkan pil biru
“Kamu belum pernah minum pil kuat ya bro? Kalo gitu separo aja ya.”
Tanpa meminta persetujuanku, Robert membagi pil Viagra yang ada di tangannya. Yang separo langsung dia minum dengan segelas Johny Walker-nya, dan yang separo dikasihkan ke aku.
Hmm…tidak ada salahnya kalo aku minum separo. Kebetulan juga kondisiku terasa capek, biar nanti tidak loyo di tengah jalan. Sepertinya Robert bakal mempersiapkan pertempuran yang dahsyat. Akupun meminumnya dengan sebotol Fruit Tea sambil melirik ke arah ranjang.
Di sana aku lihat Cindy sudah siap. Dia memperhatikanku dari jauh.
Aku berjalan mendekati tempat tidur, “Pijit sekarang ya say”
Cindy mengangguk sambil tersenyum. Ah.. manis sekali senyumnya.
Dia memposisikan diri tengkurap membelakangi Robert yang duduk di kursi dekat tembok. Otomatis dudukku pun membelakangi Robert.
Cindy membuka selimutnya. Tubuhnya hanya berbalur lingerie mini jenis two pieces berwarna hitam. Kontras sekali dengan kulitnya yang putih mulus.
Benar dugaanku, si otong langsung berdiri tampak menonjol dibalik kain celanaku. Ah untungnya Robert jauh di belakangku dan istrinya sedang tengkurap.
Amaaan..
Aku segera memijat kakinya. Seperti pijat-pijat sebelumnya, selalu aku awali dengan pijat tradisional untuk menghilangkan capek-capek dan membuat rilex orang yang aku pijat.
Ketika aku pijat, Cindy lebih banyak ngobrol. Dia menanyakan asalku. Dia juga bercerita kalau pernah ke Kediri dengan teman-temannya. Kelihatannya dia sudah semakin rilex.
Sambil ngobrol, aku ambil minyak zaitun untuk memulai pijat sensual.
Kakinya aku lumuri minyak dan mengurutnya dengan lembut. Dia mulai terdiam. Pijatanku naik semakin atas. Tidak seperti tadi, kini Cindy menghentikan pembicaraan dan lebih menikmati pijatanku. Kepalanya dibenamkan di bantal.
Baru beberapa menit pijatanku di kaki, tiba-tiba Robert berjalan mendekat. Dia duduk tepat di sebelah kepala istrinya.
Tangannya meraih tangan Cindy dan meletakkannya di celana.
Secara reflex, tangan Cindy menelusup kedalam celana suaminya mencari sesuatu. Setelah ketemu, dia keluarkan penis Robert dan mulai menghisapnya.
Aku melihat sekilas senjata milik Robert memang tidak sebesar milikku. Aneh juga ya, ternyata ukuran tubuh tidak menentukan ukuran mrP. Tapi memang bagi perempuan, sebenarnya ukuran mrP tidak terlalu dipermasalahkan. Yang penting daya tahan dan teknik dalam memuaskan pasangan.
Buktinya, kini istri Robert dengan lahap mengulum dan menghisap senjata milik suaminya. Hmm…rupanya wanita cantik ini juga sudah mulai terangsang. Dia sudah tidak malu lagi mengoral suaminya di depan cowok lain.
Tangan Robert tidak tinggal diam. Lingerie istrinya bagian atas dia lepas. Ah..kini aku bisa melihat tubuh punggung atasnya secara utuh. Putih mulus tanpa cacat.
Aku tidak menunggu lama. Setelah minta ijin Robert lewat bahasa mata, tanganku menurunkan lingerie hitam yang menutupi pantat putih itu. Ternyata di dalamnya masih ada secuil kain celana dalam. Akupun ikut melepaskannya. Cindy mempermudah usahaku dengan mengangkat pantatnya
Oh My God…benar-benar tanpa cacat. Tidak ada selulit, tidak ada goresan maupun bintik-bintik warna hitam. Benar-benar halus…Kulit pantatnya pun mulus sekali. Ini foto asli Cindy. Kira-kira waktu itu posenya seperti ini.

Aku remas pantatnya dengan lembut. Pahanya dibuka sedikit. Tanganku menelusup di belahan pantatnya. Cindy mendesis perlahan. Ehhmmhhh….
“Ayo bro, kreco-nen”, Robert berbicara padaku.
Kreco? Apa itu? Aku belum pernah dengar istilah itu. Hehe mungkin aku memang kuper.
Robert memberi tanda dengan menunjuk ke vagina istrinya. Oo…kreco itu artinya oral.
Wajahku aku dekatkan ke pantat Cindy. Aku menciumnya perlahan. Ciumanku turun ke paha, tapi kemudian naik lagi ke arah pangkal
Aku tarik pinggang Cindy keatas. Dia paham. Pantatnya pun diangkat. Kini dia nungging menunggu “kreco”anku sementara mulutnya masih asyik melahap penis milik suaminya.
Pemandangan indah terpampang di hadapanku. Vaginanya berwarna kemerah-merahan dengan bulu-bulu halus. Sempurna!

Tidak menunggu lama lagi, aku memainkan lidahku disana. Istri Robert menggeliat. Ahhh…
Hhmm…cairan vaginanya rasanya manis.Bukan asin, tapi manis campur dengan gurih. Pakai apa dia ya kok bisa semanis ini? Kalo begini, semalaman menjilat vaginanya pun aku tidak akan bosan.
Lidahku mencari tonjolan biji kacang. Setelah ketemu, aku permainkan biji itu sehingga pemiliknya menggeliat sambil mengerang nikmat. Sesekali lidahku bermain di lubang kenikmatan untuk merasakan cairan manis di dalamnya.
Jilatanku semakin naik. Hidungku menempel di lubang anusnya. Lubang itupun tidak berwarna hitam, tapi merah muda. Cantik sekali. Hmmm..kok tidak ada bau sama sekali ya? Justru terkesan wangi dan terawat. Aku penasaran, bagaimana rasanya.
Aku jilat perlahan dan ragu-ragu karena selama ini aku memang tidak pernah menjilat lubang pantat. Hmmm…gurih juga. Aku benar-benar heran. Bagaimana bisa lubang pantat pun terasa gurih?
Maka jilatanku pun merambah ke area lubang anus. Lidahku berputar-putar bermain di lubang itu dengan penuh kenikmatan. Terkadang aku mainkan lidahku dari bawah vagina bergeser semakin ke atas menuju lubang pantat sambil jariku mempermainkan bagian dalam vaginanya.
Diperlakukan seperti itu, Cindy semakin keras erangannya.
Tanpa aku sadari tenyata Robert tadi sudah pergi mengambil kamera digital dan merekan adegan kreco ini.
Lalu, belum puas aku mempermainkan vagina istrinya, terdengar suara Robert, “ Ayo bro, sekarang masukin dari belakang.”
Akupun dengan sigap mengambil kondom yang terletak di sebelah tempat tidur. Penisku mulai aku masukkan perlahan ke dalam vagina. Benar-benar perlahan. Aku takut Cindy merasa kesakitan karena dia akan merasakan mrP yang lebih besar dari milik suaminya.
Tapi sepertinya kekhawatiranku tidak beralasan. Cindy tidak menunjukkan rasa kesakitan sama sekali. Justru erangannya seperti sangat menikmati moment ini.
BLESSS….
Setelah sedikit usaha, akhirnya penisku masuk seluruhnya ke dalam lubang kenikmatan. Rasanya hangat, lembab, dan berkedut-kedut.
Aku ambil nafas dalam-dalam dan kemudian menggenjotnya perlahan. Pantat Cindy ikut bergerak pertanda dia juga menikmatinya.
“Enak say?”, aku bertanya ke dia untuk stimulus.
“He ehmmm…”, hanya itu yang terdengar dari mulutnya selain kepalanya yang mengangguk.
Setelah agak lama, terdengar suara Robert yang masih berdiri sambil memegang kamera yang diarahkan ke aku dan istrinya.
“Kamu gaya-o macem-macem bro. Aku rekam-e”, bak sutradara film BF, Robert memberi komando dengan logat Surabayanya.
Aku tersenyum dalam hati. Wah serasa jadi seperti bintang film porno nih.
Aku melanjutkan genjotanku. Tanganku meraih payudara Cindy yang menggantung. Ohh..kencang sekali. Tidak terasa kendor. Aku jadi penasaran bagaimana bentuknya.
Aku balik tubuhnya. Kini terlihat sudah seluruh bagian tubuh wanita cantik ini terlentang di tempat tidur. Gila…benar-benar indah dan sempurna. Perutnya ramping. Tidak terlihat gelambir. Pinggangnya juga terlihat sexy. Dan yang paling menonjol, bentuk payudaranya yang bulat kencang tidak terlihat kendor sedikitpun dengan hiasan putting merah muda yang menguncup ke atas.

Luar biasa. Aku mengagumi tubuh ini. “Kamu sexy sekali say”, aku bilang terus terang ke Cindy.
Dia tersenyum, “Ah masa sih?”.
“Iya say, kamu bener-bener sexy, aku ga bohong “. Aku tidak sungkan untuk memujinya karena memang dari awal, Robert sudah memberitahukan padaku kalau istrinya senang dipuji. Sebenarnya tanpa disuruh memuji pun, aku pasti akan memuji kecantikan dan keindahan tubuhnya karena kenyataannya memang seperti itu.
Aku lihat di kedua payudaranya bagian bawah, ada sayatan kecil. Oh..sepertinya bekas sayatan operasi. Mungkin Cindy melakukan implant payudara untuk mempercantik bentuk tubuhnya. Dia benar-benar orang yang memperhatikan penampilan dari atas sampai bawah.
Aku penasaran. Tanganku kini memegang perutnya. Aku tidak mau langsung menyentuh payudaranya karena aku ingin membuatnya lebih penasaran dan terangsang.
Sentuhan tanganku merayap semakin ke atas. Meraba bagian tepi payudara. Semakin ke tengah, dan sentuhan itu berubah menjadi remasan yang lembut.
Ahh…kenyal sekali. Benar, tidak seperti payudara pada umumnya. Milik Cindy ini begitu kenyal dan lembut. Aku suka sekali.
Rupanya seperti ini rasanya payudara yang sudah dipercantik. Aku serasa menikmati tubuh seorang artis papan atas.
Tidak aku sia-siakan, segera aku lahap putting yang berwarna merah muda itu. Lidahku bermain disana. Sesekali aku gigit perlahan, sesekali juga aku hisap, kadang juga aku pelintir menggunakan lidah.
Akibat permainanku ini, Cindy semakin mengerang keras. Kulit di sekitar putting terlihat bintil-bintil kecil pertanda kalo dia sedang terangsang.
Jilatanku naik ke leher dan pipi. Waktu mau mencium bibir, aku menoleh ke Robert bertanya, “Boleh aku cium bibirnya bro?”
Aku perlu bertanya karena ada beberapa suami yang tidak ingin istrinya dicium bibirnya karena itu area privasi suami.
“Iya gapapa”.
Akupun melumat bibir merah muda itu perlahan. Cindy menerima lumatan bibirku dengan pagutan. Tapi lidahnya masih belum mau bermain. Aku tidak memaksanya. Mungkin dia masih merasa belum nyaman berciuman dengan orang asing.
Ciumanku aku turunkan ke bawah menuju perut dan berakhir di vagina. Kembali aku meng-kreco vagina itu. Tidak bosan-bosan rasanya lidahku disana.
Robert mendekat sambil tetap mengarahkan kamera.
Penisnya dia arahkan ke mulut istrinya dan kemudian dengan lahap dikulum dan dihisap sementara diriku masih menghisap vagina istrinya.
Kakiku aku geser mendekati kepala Cindy. Dengan tanggap tangannya menangkap penisku dan mengocoknya.
Ah.. nikmat sekali genggaman tangannya. Aku menegakkan badan untuk melihat aktivitasnya dalam mengocok penisku. Aku coba lebih mendekatkan penisku ke wajahnya, tapi dia tidak mau mengulumnya. Cuma memandang sebentar sambil terus men-coli. Oh mungkin memang dia tidak ingin mengoralnya. Aku tidak ingin memaksa.
Di sisi lain, tangan satunya juga sendang mengocok mrP suaminya.
“Ayo bro, masukkan lagi”.
Mendengar aba-aba dari Robert, aku kembali memasukkan mrPku ke dalam vagina istrinya.
Ahh..kini Cindy sedang menikmati dua penis di bibir atas dan bibir bawahnya. Terlihat sangat menikmati. Aku tersenyum senang melihatnya.
Tak berapa lama, Robert menjauh. Dia duduk di kursi dekat tembok. Kini aku yang bermain sendiri dengan istrinya.
Aku menindihkan tubuhku di atas tubuhnya. Sambil terus mencium wajahnya dengan lembut, tanganku meremas payudaranya dan memilin putingnya sementara penisku keluar masuk vaginanya yang terasa hangat.
“Gimana say? Enak?”, aku berbisik lirih di dekat telinganya.
“He ehhmm..”jawabnya singkat
“Kamu suka?”
“Suka.hh”
“Gede ga punyaku, say?”
“Gede..hh sayhh”
“Gede mana sama punya suami kamu?”
“Gede punyamuhh”
“Mau terus?”
“Iyahhh”
“Enak?”
“Iyahh…enakkhh”
Aku sengaja memberinya rangsangan lewat kata-kata agar dia semakin horni.
Benar saja, tiba-tiba dia berkata lirih sambil mendesah akibat kocokan penisku, “Kalo aja ga ada suamiku, kamu pasti udah aku cium dari tadi”
Yess..Aku tersenyum mendengarnya. Dia sudah mulai bisa terbuka. Ternyata dari tadi dia tidak menciumku karena menjaga perasaan suaminya.
“Cium aja sekarang”, kataku lirih menggodanya sambil tersenyum.
Dia cuma menggeleng sambil tersenyum. Tubuhku didekapnya. Genjotanku semakin cepat.
Robert mendekat lagi. Dia menyodorkan mrPnya ke mulut istrinya.
Tak lama, Robert memberi aba-aba ke aku, “Ayo bro, genjot yang kenceng. ‘Get no’”. Get no itu bahasa jawa artinya ‘lebih kenceng’.
Aku semakin mempercepat kocokanku. Tubuh Cindy berguncang-guncang
Semakin lama semakin kencang. Desahan dan erangan istrinya semakin keras. Lebih mirip teriakan.
Ahh..aahh..oohh….
Cukup lama kocokanku di dalam vaginanya. Aku menunggu saat-saat orgasme tapi belum ada juga tanda-tandanya
Sampai-sampai Robert tanya, “Sudah mau keluar bro?”
“Belum bro. Tunggu istri kamu keluar”, sambil aku terus mengocok.
Tubuh wanita cantik ini terus menggeliat sambil mengerang. Vaginanya menjepit penisku. Ah..aku tidak tahan. Beberapa kali istri Robert mengejang sambil mengencangkan otot vaginanya menyebabkan senjataku seperti diremas-remas.
“Ohh…enak sekali say. Kamu pinter banget”, aku memuji perlakuan wanita cantik ini.
“Kenapa aahh..ohh..hh..”, dia tersenyum menggoda pura-pura bertanya di sela-sela desahan
“Punya kamu menjepit penisku”
“Masa sihhh? Sempithh ga mekiku?”
“Iya say, sempit banget. Aku ga kuat. Pengen keluar”
Wanita ini benar-benar luar biasa. Dia justru ingin menyenangkan diriku. Justru mestinya aku yang harusnya bisa memuaskannya.
“Kamu sudah keluar say?”, aku bertanya
“Belummhh….”
“Gapapa bro, keluarin sekarang”, Robert memintaku untuk mengakhiri kocokanku.
“Istriku memang ga pernah orgasme dari dulu”, Robert menjelaskan di sela-sela kuluman istrinya di mrPnya.
Oh begitu ternyata, batinku dalam hati. Pantesan padahal aku merasa sudah lama banget bercinta dengan istrinya.
Memang rasanya aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dengan sentakan keras, aku membenamkan penisku dalam-dalam sambil menggeram
“Ogghhh……”
Tubuhku bergetar hebat.
Cindy menikmati sensasinya dengan menengadahkan kepala, memejamkan mata dan mulut menganga
Setelah cukup lama menikmati puncak kenikmatan, aku mencabut penis dari lubang hangat.
Cindy beringsut pergi ke kamar mandi meninggalkan aku dan suaminya.
“Gimana bro?”, aku bertanya kepada Robert.
“Bagus bro”, jawab Robert singkat sambil mengacungkan jempol.
Aku melihat jam, ternyata kami sudah bermain selama satu jam.
Setelah Cindy keluar kamar mandi, akupun ganti membersihkan diri.
Begitu aku keluar kamar mandi, Robert sudah mamanggilku ke arah tempat tidur. Mereka berdua ternyata sudah saling rangsang ketika aku di kamar mandi tadi.
“Ayo bro, kreco lagi”, Robert member komando lagi.
Gila nih orang. Apa ga capek istrinya?
Tapi aku tidak menolak. Dengan paha terbuka, Cindy menyodorkan vaginanya untuk aku hisap.

Dengan lahap, aku kembali memberikan permainan lidahku yang terbaik. Ah…untunglah aku tadi sudah dikasih Viagra. Dalam sekejap, penisku yang baru diperas kembali tegak.
Permainan sesi kedua pun dimulai. Sambil menghisap vagina, kakiku aku geser mendekat kepala Cindy. Aku juga ingin penisku dikocok menggunakan tangannya.
Tanpa disangka, tiba-tiba penisku ditarik dan didekatkan ke wajahnya. Aku merasakan sesuatu yang basah dan hangat menyelimuti kepala penisku.
Ahh…ternyata dia mengulumnya. Apa ga salah? Dia sekarang mau menghisap dan mencium penisku?
Tapi itulah yang aku rasakan. Semakin lama penisku dibenamkan ke dalam mulutnya. Tapi karena terlalu panjang, hanya separo yang bisa masuk.
Tidak ingin cepat keluar akibat hisapan yang begitu nikmat, aku menyudahinya dengan menggeser kakiku menjauh. Aku menawarkan bro Robert untuk DP (Double Penetration).
“Gimana itu bro?”, Robert bertanya
“Kita masukin penis kita bareng-bareng ke meki”
“Apa ga sakit bro?”, Robert masih ragu.
“Ga kok bro. Banyak pasutri yang awalnya penasaran jadi ketagihan”
Karena penasaran, akhirnya Robert ingin mencoba juga.
Aku minta dia telentang dan istrinya mengambil posisi WOT. Aku biarkan Cindy menikmati ml dengan suaminya terlebih dulu, kemudian aku mendekat meminta Cindy menungging. Pantatnya agak naik memperlihatkan lubang merah yang tampak merekah.
Perlahan, aku memasukkan penisku ke dalam vagina.
Setahap demi setahap….
Pelaann… Memberikan kesempatan vaginanya untuk beradaptasi.
Setelah masuk separo, aku mulai menggenjotnya dengan mantap. Kira-kira seperti ini posisinya

“Gimana say rasanya?”, aku bertanya
“Ehmmm..enaakkhh…kerasa bangethhh say”
Aku senang Cindy bisa menikmatinya.
Setelah beberapa lama, DP dilanjutkan dengan proses 3some seperti sebelum-sebelumnya. Kami melakukan 3some dengan berbagai posisi, sampe aku keluar tiga kali tanpa jeda istirahat. Setiap kali habis ejakulasi, langsung diajak main lagi.
Cindy semakin liar saja. Dia sudah tidak sungkan untuk mencium dan memagut bibirku di depan suaminya. Lumatan lidahnya sungguh luar biasa.
Fiuhh..benar-benar 3some yang memforsir tenaga. Tidak terasa kami menikmati fantasi liar ini selama hampir tiga jam nonstop. Tanpa jeda istirahat sedikitpun. Kalo saja aku tidak minum viagra, pasti aku sudah KO dari tadi.
Di saat terakhir setelah aku mengeluarkan spermaku yang ketiga kalinya, aku segera membersihkan diri ke kamar mandi.
Masih belum selesai membersihkan penis, tiba-tiba Cindy masuk kamar mandi dan langsung duduk di kloset tepat di depan aku berdiri untuk pipis.
Karena ga enak hati, aku beranjak keluar. Tapi tiba-tiba tanganku diraih oleh Cindy dan ditarik mendekat. Sambil tetap duduk di kloset, tangannya memegang penisku dan mengulumnya.
Sontak aku kaget. Gila…belum puas juga nih cewek. Dengan rakus dia melahap, menghisap dan menjilat penisku. Aku tidak tinggal diam, pantatku aku goyang pelan ke depan. Dia terlihat berusaha keras menelan seluruh batang penisku yang sudah tegak kembali.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Robert menatap kami tanpa mengucapkan apapun.
Mungkin karena merasa sungkan dengan suaminya, Cindy buru-buru berkata “Sini pah, aku isep juga”.
Tanpa berkata-kata, Robert mendekat. Tangan Cindy berpindah dari penisku ke penis suaminya. Akupun keluar kamar mandi memberikan kesempatan mereka berdua untuk bermesraan.
Tak lama, Robert keluar kamar mandi menghampiriku dan berkata,
“Makasih bro. Kamu udah menjalankan tugas dengan baik. Habis ini biar aku melanjutkan sendiri. Bro bisa pulang.”
“Oke bro. Aku juga makasih. Moga-moga bro dan wife ga kecewa. “
“Sip kok bro”, jawab bro Robert tersenyum sambil mengacungkan jempol.
Aku segera mengenakan baju dan bersiap diri untuk pamit pulang langsung ke Kediri meninggalkan mereka berdua yang masih melanjutkan pertempuran berdua tanpa diriku.
Esoknya, aku tidak bisa konsentrasi bekerja di kantor gara-gara si “otong” tetap tegak berdiri seharian akibat efek viagra yang belum hilang. Fiuhh…
Post a Comment