Kisah 2 asisten pamanku ku setubuhi

 


dengan kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, matanya terpejam dan dari wajahnya terpancar suatu kepuasan, pada dahinya terlihat bitik-bintik keringat.

Aku lalu berjongkok di antara kedua p*hanya yang masih terkangkang itu dan kedua jari jempol dan telunjuk tangan kiriku kuletakkan pada bib*r kem*luannya dan kutekan supaya agak membuka, sedang tangan kananku kupegang b*tang p*nisku yang telah sangat teg*ng itu yang berukuran 19 cm, sambil kugesek-gesek kepala p*nisku ke bib*r v*gina Trisni.

Akhirnya kutempatkan kepala p*nisku pada bib*r kem*luan Trisni, yang telah terbuka oleh kedua jari tangan kiriku dan kutekan p*nisku pelan-pelan. Bles..! mulai kepalanya menghilang pelan-pelan ke dalam v*gina Trisni diikuti patang p*nisku, centi demi centi menerobos ke dalam l*ang v*ginanya.

Sampai akhirnya amblas semua b*tang p*nisku, sementara Trisni meng*rang-*rang keenakan.
“Aduhh.. eennaak.., ennkk Deen. Eenak..!”
Aku menggerakan pinggulku maju mundur pelan-pelan, sehingga p*nisku keluar masuk ke dalam v*gina Trisni.

Terasa masih sempit l*ang v*gina Trisni, kepala dan b*tang p*nisku serasa dijepit dan diurut-urut di dalamnya. Amat nikmat rasanya p*nisku menerobos sesuatu yang kenyal, licin dan sempit. Rangs*ngan itu sampai terasa pada seluruh badanku sampai ke ujung rambutku.

Aku melirik ke arah Erni, yang sekarang secara terang-terangan telah memandang langsung ke arah kami dan melihat apa yang sedang kami lakukan itu.
“Sini..! Daripada bengong aja mendingan kamu ikut.., ayo sini..!” kataku pada Erni.

Lalu dengan masih malu-malu Erni menghampiri kami berdua. Aku ganti posisi, Trisni kusuruh men*ngging, telungkup di sofa. Sekarang dia berlutut di lantai, dimana perutnya terletak di sofa. Aku berlutut di belakangnya dan kedua p*hanya kutarik melebar dan kumasukkan p*nisku dari belakang menerobos ke dalam v*ginanya.

Kugarap dia dari belakang sambil kedua tanganku bergerilya di tubuh Erni. Kuelus-elus d*d*nya yang masih terbungkus dengan baju, kuusap-usap perutnya. Ketika tanganku sampai di cel*na d*lamnya, ternyata bagian bawah C*-nya sudah basah, aku menc*um mulutnya lalu kusuruh dia meloloskan blouse dan B*-nya.

Setelah itu aku menghis*p p*tingnya berganti-ganti, dia kelihatan sudah sangat ter*ngs*ng. Kusuruh dia melepaskan semua sisa pakaiannya, sementara pada saat bersamaan aku merasakan p*nisku yang berada di dalam v*gina Trisni tersiram oleh cairan hangat dan badan Trisni terlonjak-lonjak, sedangkan pant*tnya bergetar.

Oohhh.., rupanya Trisni mengalami org*sme lagi pikirku. Setelah badannya bergetar dengan hebat, Trisni pun terkulai lemas sambil telungkup di sofa. Lalu kucabut p*nisku dan kumasukkan pelan-pelan ke v*gina si Erni yang telah kusuruh tidur tel*ntang di lantai. Ternyata kem*luan Erni lebih enak dan terasa lubangnya lebih sempit dibandingkan dengan kem*luan Trisni.

Mungkin karena Erni masih lebih muda dan jarang ketemu dengan suaminya pikirku. Setelah masuk semua aku baru merasakan bahwa v*gina si Erni itu dapat mengempot-empot, p*nisku seperti diremas-remas dan dihis*p-his*p rasanya.
“Uh enak banget m*m*kmu Errr. Kamu apain itu m*m*kmu heh..?” kataku dan si Erni hanya senyum-senyum saja, lalu kupompa dengan lebih semangat.

“Den.., ayoo lebih cepat..! Deen.. lebih cepat. Iiih..!” dan kelihatan bahwa si Erni pun akan mencapai kl*maks.
“Iihh.. iihh.. iihh.. hmm.. oohh.. Denn.. enaakk Deen..!” r*ntihnya terputus-putus sambil badannya mengejang-ngejang.

Aku mendiamkan gerakan p*nisku di dalam lubang v*gina Erni sambil merasakan ramasan dan emp*tan v*gina Erni yang lain dari pada lain itu. Kemudian kucabut p*nisku dari kem*luan Erni, Trisni langsung mendekat dan dikoc*knya p*nisku dengan tangannya sambil dihis*p ujungnya.

Kemudian gantian Erni yang melakukannya. Kedua cewek tersebut jongkok di depanku dan bergantian menghis*p-his*p dan mengoc*k-ngoc*k p*nisku. Tidak lama kemudian aku merasakan p*nisku mulai berdenyut-denyut dengan keras dan badanku mulai bergetar dengan hebat. Sesuatu dari dalam p*nisku serasa akan menerobos keluar, air m*niku sudah mendesak keluar.

“Akuu ngak tahan niihh.., mauu.. keluaar..!” mulutku mengguman, sementara tangan Erni terus mengoc*k dengan cepat b*tang p*nisku. Dan beberapa detik kemudian, “Crot.. croot.. croot.. crot..!” air m*niku memancar dengan kencang yang segera ditampung oleh mulut Erni dan Trisni.

Empat kali semprotan yang kurasakan, dan kelihatannya dibagi rata oleh Erni dan Trisni. Aku pun terkulai lemas sambil telentang di atas sofa. Selama sebulan lebih aku bergantian mengerjai keduanya, kadang-kadang barengan juga.

0 Comments

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post