Setelah itu, aku duduk kembali dan penisku langsung disambut oleh tangan dan jari-jari lentik kak Lia yang kukunya dihiasi inai/kitek warna hitam, nyaman sekali penisku berada pada genggamannya. Tak lama kemudian penisku mulai dikocoknya maju mundur atas bawah, nikmat sekali rasanya, tanpa disadari dari mulut aku mulai kelur desahan nikmat ketika penis aku mulai dikulumnya.
Nikmat sekali kulumannya, dan tak lama kemudian dia mulai mengkombinasikan antara kuluman dengan permainan tangannya, sungguh luar biasa aku dibuat menjerit-jerit gak karuan. Kak Lia benar-benar menguasai teknik itu.
Hampir-hampir aku mengeluarkan maniku, tetapi aku buru-buru menghentikan aktifitas kak Lia, dan aku segera membaringkannya lalu kembali mencumbu bibirnya yang kemudian turun ke lehernya dan ahirnya terfokus pada dadanya yang masih terbungkus bra hitam, secara perlahan aku mulai membuka branya yang menghalangi dadanya, dengan memohon agar kak Lia mengangkat sedikit punggungnya agar aku dapat melepas kaitan bra kak Lia,
Setelah terlepas baru aku dapat melepas keseluruhannya dan sekarang terpampang dengan jelas daging kembar yang besar dan kencang, dihiasi puting yang imut berwarna merah muda, merupakan pemandangan terindah yang pernah aku lihat. Aku kembali meremasnya, namun kali ini dengan keras, karena gemes sekali, sampai-sampai kak Lia sedikit menjerit dibalik desahannya
“Danu, sakiit, pelan-pelan aja sayang”
lalu aku kembali meremasnya dengan pelan, dan mulutku yang sudah gak sabar itu akhirnya aku tempelkan di payudaranya sebelah kiri, lidahku dengan agresif menjilat seluruh permukaan dadanya, dengan sedikit memberi gigitan kecil, sedangkan tangan kiri aku meremas-remas dada bagian kanannya.
Aku terus lakukan kombinasi antara gigitan dan jilatan pada dada sebelah kirinya, kemudian penjelajahan bibirku berhenti tepat pada putingnya, dan tak sia-sakan itu, aku langsung lumat dan hisap habis putingnya sampai kak Lia menjerit keras. Begitu juga pada dada bagian kanannya aku perlakukan hal sama.
Selelah puas menikmati dada kembarnya, aku turunkan posisi aku, jilatanku turun pula dari dada kembarnya menuju perut dan terus turun sampai tepat mendarat pada selangkangan yang masih tertutup oleh cdnya, namun tetap saja dapat terlihat bagian dalamnya karena cdnya berbahan transparan,
Ketika tanganku menyentuh cdnya, owh, basah sekali, dan setelah hidung aku didekatkan, mulai tercium aroma kewanitaannya, entah seperti apa aromanya aku tak dapat menggambarkannya, namun benar-benar membuat nafsuku semakin tinggi, tak sabar lagi langsung hidungku aku tempelkan di cdnya dan aku hirup dalam-dalam aroma itu.
Aku mulai menurunkan cdnya, aku turunkan sampai kelututnya dan sampai akhirnya terlepas jatuh kebawah oleh gerakan khaki kak Lia sendiri. Aku dibikin gelap mata oleh pemandangan ini, vagina basah yang merah merekah, dihiasi klitoris imut plus bulu-bulu yang tidak terlalu lebat, tanpa membuang-buang waktu lagi, aku benamkan wajah dan lidahku ke vaginanya,
Lidah aku langsung menghisap dan menelan cairan birahi yang sudah membanjiri vagina kak Lia, hmm…rasanya biasa seperti vagina pada umumnya, namun vagina milik kak Lia lebih manis, aku jilat terus tanpa henti dan jilatanku mulai terfokus pada klitorisnya yang semakin mengeras,
“sssshhh….ooowh..terusin nuu, ooooohhh nikmat nu, sedot yang kuatt,
ahhh….nuuu…kakak hampir sampee….ahhh kakak pengen keluar”
kak Lia terus tak henti-hentinya mendesah dan menceracau tak jelas dan meliak liuk seperti cacing kepanasan ketika aku memainkan lidahku pada klitorisnya dan menghisapnya kuat-kuat.
Mendengar jeritan dan rintihannya, aku terus menggosok klitorisnya dengan lidahku, sedangkan tangan aku keatas memainkan kedua bukit kembarnya, meremasnya denganlembut dan sesekali dengan gerakan agak kasar. Sampai aku mendengar teriakan kuat kak Lia dan rambutku ditarik kuat-kuat berikut kepalaku dijepit dengan kakinya, dan tak lama kemudian
“aaaahhhhhsssshhh aaaawwhhhh nuuu nikkmaaattt” cairan kental putih keluar dari celah vaginanya.
Kak Lia mendapatkan orgasme pertamanya dengan singkat. Aku telan semua cairan cinta kak Lia sampai bersih. Aku hanya memandanginya dan ikut berbaring di sampingnya. Setelah 5 menit berlalu, nafasnya mulai tidak tersenggal-senggal lagi, kak Lia sudah dapat mengatur nafasnya.
Melihat dia sudah tenang, aku sedikit bangkit lalu mengecup keningnya, kak Lia hanya tersenyum dan memejamkan matanya. Setelah aku kembali berbaring, kak lia memelukku dari samping dan membalas kecupanku. Kita sama-sama tersenyum dan berciuman sejenak, lalu kak Lia berkata jika tadi nikmat sekali, da sudah lama tak merasakan belaian laki-laki semenjak ditinggal oleh suami brengsek yang tega mencerainya.
Kak Lia hanya berpesan kepadaku untuk setia kepadanya dan menyuruhku berjanji akan selalu mendampinginya. Maka dengan tanpa paksaan aku menyetujuinya dan berjanji akan terus mendampinginya. Aku merasa damai sekali ketika berada didekatnya, begitu pula sebaliknya dengannya.
“Kak Lia sayang, masih capek gak?”
Dia mengerti maksudku dan mengucapkan maaf karena tahu aku belum ejakulasi,
“aduh, maaf yah sayang, kamu belum sampai yah, hhi masih tegang banget nih, iyya deh kakak puasin yah sayang”.
Kak Lia ahirnya duduk namun menyuruhku auntuk tetap berbaring terlentang, jari-jari lentiknya kembali menggenggam penisku dan mulai mengocoknya, aku mulai mendesah nikmat. Tak lama kemudian lidahnya ikut menyapu bagian atas, lalu dijilatnya bagian kepala penisku yang tegang kemerahan, terus turun ke leher penisku.
Di sini aku mendesah lebih kuat dan merasakan nikmat sekali, setelah seluruh bagian penisku telah dijelajahi dengan lidahnya, baru kemudian perlahan ujung penisku dibenamkan ke dalam mulutnya, terus masuk dan menyentuh tenggorokannya,
“ahhhkkhh kaaaak, nikmat sekali,,ahhhoouh” ku akui dia benar-benar jago mengulum penis, aku benar-benar dibuat tak berdaya, terlebih lagi disertai dengan kocokan lembut tangannya yang seirama dengan gerakan maju mundur penisku dalam mulutnya.
Setelah 10 menit berlalu, aku menyuruh kak lia menghentikan aktifitasnya, karena bisa fatal nantinya, karena aku belum merasakan jepitan vaginanya.
“Kak berhenti dulu, ahh udah kak aku gak tahan,,,kak gantian aja,,memek kakak”
Kak Lia mengerti maksudku dan hanya tersenyum, lalu jongkok tepat di atas penisku.
“Dah gak tahan pengin nikmatin memek kakak yah?”
Aku hanya tersenyum, dan menganggukkan kepala. Kak lia secara perlahan mulai menurunkan pinggulnya, aku membantunya dengan mengarahkan penisku ke lubang vaginanya, perlahan dengan agak susah payah, namun akhirnya penisku dapat masuk bagian kepalanya. Kak Lia mendesah kecil seperti menahan sakit
“kak, sakit yah?”,
“Iyyah Nu, agak sakit,, kakak masukinnya pelan-pelan aja yah, gapapa kan sayang?”,
”iyyah, pelan-pelan aja kak”..
Setelah beberapa saat akhirnya penisku dapat masuk semuanya ke dalam vagina kak Lia, sempit sekali, penis aku seperti di pijat dengan kuat, dan aku seperti dapat merasakan kepala penisku menyentuh dinding rahimnya. Setelah beberapa saat sebagai penyesuaian, dengan perlahan kak Lia mulai menaik turunkan pinggulnya, diawali dengan ringisan seperti menahan sakit, namun tak lama berselang aku dapat merasakan dari ekspresi wajahnya seperti sedang dilanda kenikmatan.
Begitu pula padaku, aku merasakan nikmat yang luar biasa, melebihia vagina-vagina pacarku dulu, penisku seperti dijepit dan dihisap dengan kuat.
“Oowhh…sssshhh…….aaaaahhhhhhwhh,,nikmattt…awh…shhhhhhhhhh” itu yang keluar daria mulut kita berdua, kita berdua sama-sama saling menikmati, saling mendesah, salinga menceracau.
Tiada yang dirasakan kecuali kenikmatan dan kenikmatan. Kita semakin mendesah, suasana kamar itu memanas diliputi aura birahi, dengan ulah aku dan kak Lia. Sambil menikmati kak lia menaik turunkan pinggulnya, aku remas kedua dada kembarnya, kumainkan putingnya, sehingga desahan kak Lia lebih mendominasi di antara kita.
Setelah 20menit dalam posisi yang sama, kak Lia makin memdesah, dan menjerit dengan kuat. Begitu pula aku juga mendesah lebih kuat lagi dari sebelumnya, karena kali ini penis aku benar-benar dijepitnya dengan kuat, memberikan efek yang sangat nikmat tiada tara. Aku melihat kak Lia meringis-ringis, mendesah dan matanya menciut.
”Ahhhhhhhhhh,,Daaaanuu,,kakak sampai lagi, ayoo Nuu jangan lama-lama kita keluarin sama-sama!”,
“iyya kak, Danu juga mau keluaaarrr kak,,,aaaaoowh,,kak, Danu keluarin dimanaaa”?,
“Di dalam aja sayang, vagina kakak pengin disemprot manii kaammmu, ayoo keluarin sama-samaaa, cepetan sayang, keluarin seluruh mani kamu”,
Aahhh…akhirnya kita sampai bersama. Sebelum penisku menyemburkan cairannya, aku merasakan semburan cairan vagina kak Lia berikut pijitan dahsyat, yang membuat aku tak tahan kan diri, dan langsung menyemprotkan cairanku dalam jumlah banyak sampai-sampai tumpah keluar membasahi tautan kelamin kita berdua dan sebagian mengenai kain kasur yang kita naiki.
Tersirat kepuasan di aantara kita berdua, akhirnya kak Lia ambruk dan menindihku sambil memelukku. 10 menit kita menenangkan diri dengan berpelukan, dan aku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dua jam aktifitas yang membara. Kita kembali berciuman sejenak, dan saling mengucapkan kata sayang, lalu berpelukkan kembali sebelum sampai akhirnya aku dan kak Lia tertidur sebentar.
Lalu kita terbangun ketika mendengar ketukan pintu kamar ,
“mas Danu, ayo makan malam dulu” suara bibi pembantu kak Lia terdengar dari balik pintu.
“Iyya bi, sebentar saya nanti ke depan”.
Kak lia yang juga sudah terbangun, tersenyum padaku.
“Kak, yok bersihin badan dulu”,
Kami akhirnya memutuskan mandi bersama. Iyyah, di kamar kak Lia yang aku tempati ini terdapat kamar mandi di dalamnya, juga ber ac. Sungguh aku saat itu membayangkan ini adalah takdir terbaik buat aku. Sambil mandi kita juga mengulang kegiatan seperti tadi, namun kali ini dilakukan dengan berdiri, dan kita tidak mengalami kesulitan yang berarti sampai akhirnya kita mencapai puncak kenikmatan bersama.
Setelah selesai mandi, kita kedepan menuju meja makan dan kita makan bersama dengan mesra, aku menyuapin kak Lia, dan kak Lia juga menyuapiku, begitulah sampai makanan berhasil kita habiskan. Kemesraanku dengan kak Lia berikut perjalanan panjang percintaan antara aku dengannya, masih terus berlanjut.
Post a Comment